KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT dengan
limpahan rahmat, taufik serta hidayah-NYA, penulis
bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Unsur
Intrinsik dan Ekstrinsik Sastra Anak”.
Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah, dan semoga di akhir
zaman nanti kita mendapatkan syafaat-Nya, Amin.
Sehubungan
dengan selesainya penulisan makalah ini maka penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Semua pihak yang peduli terhadap kami,demi terwujudnya makalah ini.
Demikian yang
dapat kami sampaikan, kami
menyadari atas kekurangan kami dalam menyusun makalah. Kami mohon ma’af jika ada penulisan yang salah, kritik
dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan tulisan ini. Akhirnya dengan
harapan makalah yang masih sederhana dan masih banyak kekurangan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca pada umumnya.
Tulungagung, 29 Maret 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang
Masa kanak-kanak disebut juga dengan masa
emas dari pertumbuhan sepanjang kehidupan seseorang. Masa itu biasa disebut
pula masa kritis, karena apa yang terjadi pada periode itu amat menentukan
kehidupan seseorang di kemudian harinya. Masa emas inilah masa yang tepat untuk
memberikan perhatian secara khusus misalnya saja memberikan perhatian lewat
pemberian bacaan yang sesuai dengan karakteristik seorang anak. Bacaan-bacaan
yang diberikan kepada anak disebut dengan sastra anak.
Sastra anak menawarkan pengayaan bahasa, tidak hanya berupa kosa kata namun
juga ekspresi-ekspresi yang berupa kalimat, paragraf atau dialog Tentunya
dengan menggunakan kalimat-kalimat sederhana yang mudah dipahami oleh seorang
anak. Untuk membangun karya sastra tersebut, maka karya sastra anak harus
memiliki unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Dalam pembahasan ini kami
akan menjelaskan unsur-unsur tersebut, agar kita bisa mengetahui tentang
hal-hal menarik yang terdapat di dalam sastra anak tersebut, sehingga kita akan
bisa memahami cerita dari sastra anak tersebut.
I.2
Rumusan Pembahasan Masalah
1.
Apa unsur intrinsik yang terkandung dalam sastra anak?
2.
Apa unsur ekstrinsik yang terkandung dalam sastra anak?
I.3
Tujuan Pembahasan Masalah
1.
Dapat menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam sastra anak.
2.
Dapat mendeskripsikan unsur ekstrinsik dalam sastra anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Unsur Intrinsik Sasta Anak
Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman
anak-anak masa kini, yang dapat dilihat dan dipahami melalui mata anak-anak.[1]
Di dalam sastra anak terdapat unsur-unsur yang dapat membangun karya sastra
anak tersebut, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik,
merupakan unsur-unsur yang membangun karya itu sendiri, unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur faktual yang
akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur-unsur
intrinsik dalam suatu cerita merupakan unsur-unsur yang secara langsung turut
serta dalam membangun cerita.[2]
Kepaduan antar berbagai unsur
instrinsik inilah yang membuat suatu cerita dapat tewujud. Berikut ini unsur-unsur intrinsik sastra Anak:
1. Alur atau Plot
A.
Hakekat Alur atau Plot
Alur atau
plot kadang-kadang disebut juga dengan jalan cerita,yaitu struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun
secara kronologis. Alur atau plot adalah jalan cerita. Dalam cerita anak, penggunaan alur tidak
serumit dalam cerita orang dewasa. Hal itu disebabkan oleh pengalaman dan daya
berpikir anak yang masih terbatas untuk memahami ide-ide yang
rumit. Penggunaan alur yang sederhana ini biasa disebut dengan alur datar. Alur
datar dijabarkan melalui gaya bercerita secara langsung.
Alur dibangun oleh beberapa peristiwa yang
biasa disebut unsur Alur. Unsur-unsur
alur ialah:
a.
Perkenalan
b.
Pemikiran
c.
Puncak /
klimaks
d.
Peleraian
e.
Akhir
Unsur-unsur alur ini tidak selalu urutannya bersusun seperti itu tetapi ada
juga yang dari tengah dulu lalu kembali ke peristiwa awal, kemudian berakhir.
Ada juga yang dari akhir terus menuju ke tengah, sampai ke awal cerita. Karena
kedudukan unsur-unsur inilah, maka ada yang disebut alur maju, alur mundur dan
alur maju mundur.
2. Penokohan
A.
Hakekat
Penokohan
Penokohan
adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita. Tokoh cerita adalah orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tentang seperti yang diekspresikan
dalam ucapan serta apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh dan penokohan merupakan satu struktur yang padu. Gambaran tentang
seorang tokoh dengan segenap perilakunya tentu sajasekaligus menguraikan
tentang gambaran tentang perwatakannya. cara menghadirkan perwatakan atau
penokohan ini dapat dilakukan oleh pengarang dengan dua cara, yaitu:
1)
Penggambaran
analitik atau penggambaran langsung yang dilakukan seorang pengarang tentang
watak atau karakter tokoh. Misalnya: penggambaran seorang tokoh yang keras
kepala, setia, penyabar, emosional, religius, dsb.
2)
Penggambaran
dramatik atau penggambaran perwatakan yang tidak dilakukan secara langsung oleh
pengarang. Misalnya: melalui pilihan nama,atau tokoh, penggambaran fisik atau
postur tubuh, dan melalui dialog.
B.
Kajian
Penokohan
a)
Tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan
penceritaannya dalam cerita. Tokoh tambahan adalah tokoh yang pemunculannya
tidak dipentingkan dalam penceritaan.
b)
Tokoh
protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tetragonis. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang banyak disenangi Karena tokoh
protagonis memiliki sifat yang baik-baik. tampak kian rukun, karena yakin bahwa
setelah rumahnya jadi, akan segera ditempatinya dengan tenang. Tokoh
antagonis merupakan kebalikan atau lawan dari tokoh protagonis.
c)
Tokoh
tetragonis
Tokoh tetragonis merupakan tokoh penengah diantara
pertikaian yang terjadi, biasanya tokoh tetragonis hadir menjelang akhir
cerita.
3.
Tema dan Moral
Tema adalah ide
yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam
memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema merupakan ide pusat atau
pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra,
gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber
konflik-konflik.[3] Dalam suatu novel akan
terdapat satu tema pokok dan sub-subtema. Tema pokok adalah tema yang dapat
memenuhi atau mencakup isi dari keseluruhan cerita.
Tema
dapat digolongkan menjadi dua, tema tradisional dan nontradisional. Tema
tradisional adalah tema yang biasa atau sudah diketahui secara umum oleh
masyarakat. Tema ini banyak digunakan dalam berbagai cerita seperti, kebenaran dan keadilan mengalahkan kejahatan,
kawan sejati adalah kawan di masa
dulu, atau setelah menderita orang baru mengingat Tuhan. Tema non
tradisional adalah tema yang tidak sesuai dengan harapan pembaca atau melawan
arus. Pada dasarnya pembaca menggemari hal-hal yang baik, jujur, kesatria, atau
sosok protagonis harus selalu menang, namun pada tema nontradisonal tidak
seperti itu.[4]
Moral adalah
nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok masyarakat dalam mengatur tingkah laku. Moral berasal dari bahasa
latin yaitu mores yang merupakan bentuk jamak dari
perkataan mos yang berarti adab atau kebiasaan. Moral dalam
kamus bahasa indonesia diartikan sebagai penentuan terhadap
perbuatan baik buruk dan kelakuan[5]
4.
Latar
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan
waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar meliputi
penggambaran letak geografis (termasuk topografi, pemandangan, perlengkapan,
ruang), pekerjaan atau kesibukan tokoh, waktu berlakunya kejadian, musim,
lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional tokoh.[6]
Latar
dibedakan menjadi dua, latar netral dan latar tipikal. Latar netral merupakan
latar yang tidak mendeskripsikan secara khas dan tidak memiliki sifat
fungsional. Latar netral tidak menjelaskan secara pasti cerita terjadi dimana,
kapan, dan dalam lingkungan sosial yang seperti apa. Contoh latar netral
seperti di desa, kota, hutan, suatu waktu, dan lain sebagainya. Lain halnya
dengan latar tipikal, latar tipikal menjelaskan secara konkret sifat khas latar
tertentu. Kejelasan latar tipikal memudahkan pembaca dalam pengimajinasian,
karena pada latar tipikal ada keterkaitan yang rapat dengan realitas pada
kehidupan nyata.[7]
Unsur-unsur
Latar
Unsur-unsur
latar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Berikut
ulasan tentang unsur-unsur latar tersebut.[8]
a) Latar
Tempat
Latar tempat adalah suatu unsur
latar yang mengarah pada lokasi dan menjelaskan dimana peristiwa itu terjadi.
Bila latar tersebut termasuk latar tipikal, akan disebutkan nama dari tempat
tersebut. Bisa berupa nama terang seperti Yogyakarta, Jakarta, Madiun, atau
nama inisial seperti, Y, J, M.
b) Latar
Waktu
Latar waktu merupakan unsur latar
yang mengarah pada kapan terjadinya suatu peristiwa-peristiwa di dalam sebuah
cerita fiksi. Waktu dalam latar dapat berupa masa terjadinya peristiwa tersebut
dikisahkan, waktu dalam hitungan detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dan
lain sebagainya. Memahami latar waktu harus dikaitkan dengan unsur latar yang
lain, karena sudah menjadi syarat utama bagi karya fiksi memiliki sifat yang
padu.
c) Latar
Sosial
Latar
sosial adalah latar yang menjelaskan tata cara kehidupan sosial masyarakat yang
meliputi masalah-masalah dan kebiasan-kebiasaan pada masyarakat tersebut. Latar
sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, cara
berpikir, dan lain sebagainya. Penggunaan bahasa dan nama-nama tokoh juga dapat
diidentifikasi menjadi latar sosial.
5.
Stile
Gaya bahasa adalah cara
mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan bahasa sedemikian rupa, sehingga
kesan dan efek terhadap pembaca atau pendengar dapat dicapai semaksimal dan
seintensif mungkin.[9] Bahasa yang dipilih pengarang
untuk kemudian dipakai dalam naskah drama tulisannya pada umumnya adalah bahasa
yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai
dalam kehidupan keseharian.Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budaya, dan
pendidikan. Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk
menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di
antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan
komunikatif ini seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan
aturan yang ada dalam tata bahasa baku.
6.
Ilustrasi
Ilustrasi adalah proses penggambaran
objek, baik visual maupun audio dan lain-lain. Komunikasi visual merupakan
suatu komunikasi melalui wujud yang dapat diserap oleh indera pengelihatan.
Pada media komunikasi, khususnya media cetak, terdiri atas beberapa unsur yaitu
warna, tipografi, ilustrasi, layout, fotografi, dan lain sebagainya.
Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia, ilustrasi dibagi menjadi dua jenis yaitu ilustrasi
audio dan ilustrasi visual.
a. Ilustrasi audio berarti musik yang
mengiringi suatu pertunjukan sandiwara di pentas, radio atau musik yang
melatari sebuah film.
b. Ilustrasi visual atau yang lebih dikenal
dengan kata lain ilustrasi yaitu gambar dapat berupa foto atau lukisan untuk
membantu memperjelas isi buku, karangan, dan sebagainya ; dapat juga bermakna
gambar, desain, diagram untuk penghias halaman sampul.
7.
Format
Format adalah
Ukuran, bentuk dan karakteristik fisik umum dari publikasi.[10] Format menulis karya fiksi terkait dengan
permasalahan ide (tema), fakta cerita dan sarana cerita. Secara keseluruhan
karakteristik dan hambatan itu berupa hal yang terkait dengan:[11]
a.
Menggali
sumber ide dan mengembangkannya secara optimal.
b.
Menyusun
struktur alur.
c.
Membuat
awal yang menarik.
d.
Menentukan
ending.
e.
Menggarap
konflik dan klimaks cerita.
f.
Menciptakan
karakter tokoh yang kuat.
g.
Menggambarkan
tokoh secara tepat dan variatif.
h.
Memanfaatkan
latar yang detail untuk menghidupkan cerita.
i.
Membuat
dialog yang hidup.
j.
Penulisan
dialog yang tepat.
k.
Memilih
diksi yang mampu membangun emosi dan karakter tokoh.
l.
Pemisahan
dialog dan narasi dalam paragraf.
m.
Penulisan
dengan memperhatikan EYD.
n. Memilih judul yang menarik.
2.2 Unsur ekstrinsik sastra anak
Unsur ekstrinsik adalah unsur pembentuk karya sastra di luar karya sastra,
meliputi: latar belakang kehidupan penulis, keyakinan dan pandangan hidup
penulis, adat istiadat yang berlaku pada saat itu, situasi politik (persoalan
sejarah), ekonomi, dsb. Unsur-unsur ekstrinsik adalah
unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus
lagi ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita
sebuah karya sastra, tetapi tidak menjadi bagian di dalamnya. Walaupun
demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita
yang dihasilkannya. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya sastra,
bagaimanapun, akan membantu dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat bahwa
karya sastra tak muncul dari situasi kekosongan budaya.[12]
A. Amanat
Amanat adalah
ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan
secara implisit, yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam
tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir, dapat pula secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran,
peringatan, nasihat, anjuran, larangan yang berhubungan dengan gagasan utama
cerita[13]
B. Nilai Informatif
Nilai informatif adalah nilai yang didalamnya
terdapat suatu informasi yang membangun. Suatu informasi dalam suatu sastra
akan berguna jika informasi tersebut dapat merubah perilaku seperti
yangdiharapkan.
C.
Nilai Edukatif
Nilai edukatif
merupakan nilai-nilai pendidikan yang di dalamnya mencakup sikap individu dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Nilai edukatif dalam kehidupan
pribadi merupakan nilai-nilai yang digunakan untuk melangsungkan hidup pribadi,
mempertahankan sesuatu yang benar dan untuk berinteraksi. Nilai edukatif dalam
kehidupan sosial merupakan nilai-nilai yang dapat menuntun tiap individu ketika
berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat[14].
Menurut Tillman nilai edukatif,
yaitu nilai untuk mengekspresikan gagasan-gagasan, menggali apa yang dapat kita
lakukan untuk membuat dunia lebih
baik[15].
Nilai edukatif mencangkup empat nilai, diantarnya nilai sosial,
nilai kepribadian, nilai filosofis, dan nilai religius. Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai edukatif adalah batasan
segala sesuatu yang mendidik ke arah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk
sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui proses pendidikan.
Proses pendidikan bukan berarti hanya
dapat dilakukan dalam satu tempat dan
suatu waktu. Pendidikan juga dapat dilakukan dengan pemahaman, pemikiran, dan
penikmatan karya sastra. Karya sastra sebagai pengemban nilai-nilai pendidikan diharapkan
keberfungsiannya untuk memberikan pengaruh positif terhadap cara berpikir
pembaca mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Hal ini karena karya sastra
merupakan salah satu sarana mendidik diri serta orang lain sebagai unsur anggota
masyarakat.
Dalam karya sastra memuat
nilai-nilai kehidupan karya sastra yang bukan semata-mata sebagai hiburan
belaka tetapi juga harus bisa memberikan ajaran kebaikan kepada pembacanya atau
para penikmat sastra dengan demikian karya sastra bukan semata-mata sebagai
karya seni saja tetapi bisa juga tuntunan atau ajaran-ajaran kehidupan bagi
masyarakat, karena sastra yang baik mampu mempengaruhi sikap dan tingkah laku
pembaca atau penikmat sastra, perilaku itu akan nampak dalam kehidupan
sehari-hari baik sebagai pribadi (individu) maupun sebagai makhluk soisal.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Di dalam sastra anak terdapat unsur-unsur yang dapat membangun karya sastra anak, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik karya sastra anak yaitu : Alur disebut juga dengan jalan cerita yaitu struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara kronologi, penokohan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita, tema yakni ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya dan moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok masyarakat dalam mengatur tingkah laku., latar yakni segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita., stile gaya bahasa adalah cara mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan bahasa sedemikian rupa, sehingga kesan dan efek terhadap pembaca atau pendengar dapat dicapai semaksimal dan seintensif mungkin, ilustrasi proses penggambaran objek, baik visual maupun audio dan lain-lain., format adalah Ukuran, bentuk dan karakteristik fisik umum dari publikasi
Di dalam sastra anak terdapat unsur-unsur yang dapat membangun karya sastra anak, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik karya sastra anak yaitu : Alur disebut juga dengan jalan cerita yaitu struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara kronologi, penokohan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita, tema yakni ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya dan moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok masyarakat dalam mengatur tingkah laku., latar yakni segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita., stile gaya bahasa adalah cara mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan bahasa sedemikian rupa, sehingga kesan dan efek terhadap pembaca atau pendengar dapat dicapai semaksimal dan seintensif mungkin, ilustrasi proses penggambaran objek, baik visual maupun audio dan lain-lain., format adalah Ukuran, bentuk dan karakteristik fisik umum dari publikasi
Sedangkan
dalam unsur ekstrinsik terdapat amanat yakni ajaran
moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui
karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit dapat pula secara eksplisit, nilai informatif nilai
yang didalamnya terdapat suatu informasi yang membangun. Suatu informasi dalam
suatu sastra akan berguna jika informasi tersebut dapat merubah perilaku
seperti yangdiharapkan, nilai edukatif merupakan nilai-nilai pendidikan
yang di dalamnya mencakup sikap individu dalam kehdupan pribadi maupun
kehidupan sosial.
DAFTAR RUJUKAN
Achmeed dalam http://kangachmeed.blogspot.com/2012/11/drama-dan-dialog_22.html
diakses pada tanggal 26 oktober 2014
Arnulengaku dalam, http://arnulengaku.blogspot.com/p/analisis-pesan-moral-dalam-novel-laskar.html
diakses pada tanggal 26 oktober 2014
A. Sayuti, Suminto, dkk. Dalam
staff.uny.ac.id/sites/default/files.
diakses tanggal 27-10-2014
Bayu, kesuma. Unsur-unsur dan Nilai
Sastra, dalam http://kesumabayu2012.wordpress.com/2012/12/18/unsur-unsur-dan-nilai-nilai-sastra/. diakses pada
17/10/2014.
Burhan Nurgiyantoro,
Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009).
Diane, Tillman. Pendidikan Nilai Untuk
Kaum Muda Dewasa. (Jakarta: Grasindo, 2004).
E Rolnicki, Tom. Pengantar dasar jurnalisme. (Jakarta: prenatal
media grub rawamangu,
2008)
Guntur,
Tarigan Henry, Dasar-Dasar Psikosastra (Bandung:Angkasa,
1995).
Leksono, Pujo. Tema dan Amanat,
dalam http://papuj.blogspot.com/2011/02/tema-dan-amanat.html. diakses pada 17/10/2014.
Setorini, Fikamaulana Lindri. Nilai
Edukatif dalam Cerita Bergambar Keluarga Bobo. dalam http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra-indonesia/article/view/21/0, diakses tanggal
27 Oktober 2014.
Susanti, Desi dalam, http://desisusanti16.blogspot.com/2012/04/unsur-unsur-intrinsik-dalam-cerita.html
diakses pada tanggal 26 oktober 2014
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2009).
Wicaksono, Andri. kajian unsur intrinsik sastra anak. dalam http://andriew.blogspot.com/2011/04/kajian-unsur-intrinsik-sastra-anak.html. diakses pada tanggal 17 Oktober 2014.
[2]Andri
Wicaksono, kajian unsur intrinsik sastra anak, dalam http://andriew.blogspot.com/2011/04/kajian-unsur-intrinsik-sastra-anak.html, diakses pada tanggal 17 Oktober 2014 jam:07.30
[3] Wonodiryo,
dalam http://wonoderyo.blogspot.com/2014/01/unsur-intrinsik-drama-materi-bahasa.html
diskses pada tanggal 26 oktober 2014 pukul 09:00
[4] Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2009), halaman 77
[5] Arnulengaku
dalam, http://arnulengaku.blogspot.com/p/analisis-pesan-moral-dalam-novel-laskar.html
diakses pada tanggal 26 oktober 2014 pukul 09:00
[6]
Achmeed dalam, http://kangachmeed.blogspot.com/2012/11/drama-dan-dialog_22.html
diakses pada tanggal 26 oktober 2014 pukul 09:25
[7] Burhan
Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2009), halaman 220
[8] Ibid, halaman 227
[9] Desi
susanti dalam, http://desisusanti16.blogspot.com/2012/04/unsur-unsur-intrinsik-dalam-cerita.html
diakses pada tanggal 26 oktober 2014 pukul 09:32
[10] Tom E Rolnicki, Pengantar
dasar jurnalisme (Jakarta: prenatal media grub rawamangu, 2008) hal 412
[11] Suminto A. Sayuti, dkk. Dalam staff.uny.ac.id/sites/default/files
diakses tanggal 27-10-2014 11.00
[12] Kesuma bayu, Unsur-unsur dan Nilai Sastra, dalam http://kesumabayu2012.wordpress.com/2012/12/18/unsur-unsur-dan-nilai-nilai-sastra/,
diakses pada 17/10/2014
[13]Pujo Leksono, Tema dan Amanat, dalam http://papuj.blogspot.com/2011/02/tema-dan-amanat.html,
diakses pada 17/10/2014
[14] Lindri Setorini Fikamaulana, Nilai
Edukatif dalam Cerita Bergambar Keluarga Bobo, dalam http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra-indonesia/article/view/21/0, diakses tanggal 27 Oktober 2014 pukul. 19.00