Cari Blog Ini

Minggu, 23 November 2014

Media Visual Tiga Dimensi


MEDIA VISUAL TIGA DIMENSI


MAKALAH
DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS
MATA KULIAH SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPU:
MUHAMMAD ZAINI, MA.





DISUSUN OLEH:

PGMI 

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERITULUNGAGUNG
2014

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan zaman dan tekhnologi, maka dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran, sangat diperlukan sumber ataupun media pembelajaran yang cocok, guna mempermudah pendidik dalam menyampaikan materi-materi kepada peserta didik.
Media visual tiga dimensi merupakan media yang dapat mempermudah proses pembelajaran, tanpa media tersebut pendidik akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, maka dari itu seorang pendidik harus pandai memilah-milah media yang cocok untuk digunakan dalam proses pembelajaran, karena sukses dan tidaknya proses pembelajaran itu tergantung dari seorang pendidik, bagaimana ia bisa mengkombinasikan media dan juga materi-materi yang akan disampaikan. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang media visual tiga dimensi, yang diharapkan dapat memotivasi dan memberi pengetahuan tentang media yang cocok digunakan dalam pembelajaran yang tentunya dapat membantu para calon pendidik khususnya. Sehingga nantinya dapat mempermudah dalam melaksanakan proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Pembahasan Masalah

1.      Apakah pengertian Media Visual Tiga Dimensi itu?
2.      Apakah Benda Asli itu?
3.      Apakah  Model itu?
4.      Apakah Benda Tiruan (Mock-Up) itu?
5.      Apakah Barang Contoh (Specimens) itu?
6.       Apakah Diorama itu?

1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

1.      Untuk mendeskripsikan pengertian Media Visual Tiga Dimensi.
2.      Untuk menjelaskan tentang Benda Asli.
3.      Untuk menjelaskan tentang Model.
4.      Untuk menjelaskan tentang Benda Tiruan Sederhana (Mock-Up).
5.      Untuk menjelaskan tentang Barang Contoh (Specimens).
6.      Untuk menjelaskan tentang Diorama.




















BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Media Visual Tiga Dimensi

            Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.[1]Sedangkan Media Visual adalah alat yang berkaitan dengan indera penglihatan, artinya pesan yang disampaikan itu dapat diterima melalui mata.[2]
Media visual Tiga Dimensi adalah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional.[3]Media visual tiga dimensi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media dua dimensi.Hal ini karena sangat membantu untuk mewujudkan realitas yang tidak hanya dapat dilihat, tetapi juga dapat diraba.
            Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah adalah tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus memiliki keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah diperoleh di lingkungan sekitar.
Seorang pendidik harus pandai-pandai memilih media yang cocok untuk peserta didiknya, salah satunya adalah menggunakan Media Visual Tiga Dimensi.Alat-alat yang tergolong kategori ini, terdiri dari model, benda asli, contoh, benda tiruan, boneka, topeng, peta, globe, pameran, dan museum sekolah.[4]

2.2 Macam-Macam Media Visual Tiga Dimensi.

A.    Benda Asli

Menggunakan benda-benda nyata atau makhluk hidup dalam pengajaran seringkali paling baik, dalam menampilkan benda-benda nyata tentang ukuran, suara, gerak-gerik, bobot badan, bau serta manfaatnya. Pelajaran akan lebih mudah dimengerti dan lebih diingat jika dipelajari melalui hubungannya dengan benda sebenarnya. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya menggunakan benda asli lebih dahulu sebelum menggunakan alat peraga lain.Benda asli adalah benda dalam keadaan sebenarnya dan seutuhnya.[5]
Benda asli mempunyai kegunaan yang unik. Ada banyak cara dimana keikutsertaan siswa dapat didorong dengan benda tersebut. Ketika keahlian khusus dibutuhkan untuk pengoperasian atau penggunaan benda asli, maka sebuah peragaan menjadi penting.Benda-benda asli yang dipilih untuk pengajaran sebaiknya dibedakan berdasarkan tujuan benda tersebut digunakan. Macam-macam benda asli, yakni:
1)      Unmodified real thing
Adalah benda yang sebenarnya, sebagaimana adanya, tanpa perubahan, kecuali hanya dipindahkan dari tempat aslinya.[6]Benda-benda ini sebenarnya mempunyai beberapa ciri, diantaranya dapat digunakan, hidup, dalam ukuran yang normal, dapat dikenal dengan nama sebenarnya, seperti anak ayam yang hidup. Pada kenyataannya, benda asli tidak selalu dapat dihadirkan kapan saja dan dimana saja dibutuhkan.Walaupun ada, benda asli tersebut mungkin terlalu besar, kompleks, berat, mahal, atau terlalu berbahaya untuk digunakan.Oleh karena itu, miniature dapat digunakan untuk memperagakan dan menjelaskan suatu objek. Bentuk unmodifiedmudah didapatkan di lingkungan, misalnya adalah museum.
Ø  Museum adalah alat belajar yang realistis, semua benda tiga dimensi dapat disimpan di museum sekolah. Apabila sekolah belum mempunyai museum sendiri, siswa bisa dibawa ke museum umum. Didalam museum umum akan dilihat berbagai peninggalan sejarah, barang-barang antik, benda yang aneh, dan lain-lain. Museum dapat menjadi media pendidikan yang efektif.  Guru dan siswadapat membuat museum sendiri dengan jalan mengumpulkan berbagai hasil pekerjaan siswa, mengumpulkan benda dari luar yang mempunyai nilai pendidikan. Benda-benda itu tak perlu senantiasa benda-benda yang mahal harganya, akan tetapi yang paling penting pengumpulan benda-benda itu dilakukan dengan terus-menerus secara teratur, sistematis dan bertalian dengan kurikulum sekolah. Museum sekolah terbagi tiga jenis yaitu museum kelas, museum bangunan, dan museum sekolah dari daerah tertentu. Pada dasarnya ketiga museum ini sama saja,perbedaan terletak pada siswa yang membuat museum itu dan untuk melayani pengunjungnya dari mana.Museum kelas adalah bentuk museum yang paling sederhana, dibangun oleh guru bersama siswa dengan mengumpulkan koleksi benda-benda seperti batu, kayu, besi, dan sebagainya, dan juga obyek serta hasil karya siswa dari kelas itu.[7]Museum itu adalah milik kelas yang bersangkutan. Setiap benda yang dikumpulkan dihubungkan dengan masalah yang sedang dibicarakan. Hal ini terus menerus dan akhirnya kelas itu mempunyai sebuah museum yang sederhana.
2)      Modified real things
Pemilihan media jenis modified real things biasanya berdasarkan pertimbangan tempat dan faktor ekonomi, maka ia dibuat atau disediakan dalam bentuknya yang mini (kecil), atau mungkin diperbesar untuk menunjang pembelajaran yang jelas. Jenis modified real things yang dibuat mini biasanya disebut miniature dan diorama.Miniature adalah suatu model hasil penyederhanaan suatu realitas tetapi tidak menunjukkan aktivitas atau tidak menunjukkan suatu proses.[8] Miniatur ini mampu menjelaskan kepada para siswa menjelaskan detail dari sebuah objek yang menjadi topic pembahasan secara tiga dimensi, misalnya menunjukkan tempat-tempat penting yang harus dipahami saat menjalankan ibadah haji.Bentuk lain dari modified real thing adalah cutaway. Biasanya benda ini mengimplikasikan kepada alat-alat mekanik, seperti mesin, melalui potongan yang telah dibuat untuk penelitian dari bagian-bagian yang tersembunyi, yang bergerak maupun statis, cuteways (bagian-bagian, potongan) biasa dalam bidang biologi dan anatomi.real things dapat dibeli dari perusahaan yang khusus memproduksi material pengajaran, atau dibuat sendiri oleh guru atau siswa. Proses pembuatan model, mock-up, atau bentuk modified lain mempunyai dua keuntungan, yaitu siswa belajar ketika merencanakan dan membuat modified real things, dan mereka belajar dari mempelajari modified real thing. Koleksi benda asli dan kegiatan menyusun, memproses, dan memamerkan atau menjelaskannya merupakan alat pembelajaran yang bernilai.Guru yang terampil adalah yang memikirkan minat siswa dalam mengumpulkan material dengan menghubungkannya kepada tujuan pembelajaran.[9]                                                            
Belajar benda sebenarnya melalui widya wisata
Widya wisata adalah kegiatan belajar yang dilaksanakan melalui kunjungan ke suatu tempat di luar kelas sebagai bagian integral dari seluruh kegiatan akademis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.[10] Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan belajar melalui widya wisata adalah:[11]
(1)   Siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna.
(2)   Membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki.
(3)   Melatih seni hidup bersama dan tanggungjawab bersama.
(4)   Menciptakan kepribadian yang komplit bagi guru dan siswa.
(5)   Mengintegrasikan pengajaran di kelas dengan kehidupan dunia nyata.
Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah:[12]
(1)   Sulit dalam pengaturan waktu.
(2)   Memerlukan pengaturan dan biaya ekstra.
(3)   Obyek wisata yang jarang memberikan peluang yang tepat dengan tujuan belajar.

B.     Model

Model dapat diartikan sebagai sesuatu yang dibuat dengan ukuran tiga dimensi, sehingga menyerupai benda aslinya untuk menjelaskan hal-hal yang tak mungkin dapat diperoleh dari benda sebenarnya.[13]Benda asli yang dibuat model biasanya benda yang sangat besar seperti bumi, atau yang sangat kecil seperti nyamuk, atau benda yang tidak dapat dipindahkan sepertigedung, atau sesuatu benda yang rumit seperti mesin.Media tiruan sering disebut sebagai model.Belajar melalui model dilakukan untuk pokok bahasan tertentu yang tidak mungkin dapat dilakukan melalui pengalaman langsung atau melalui media sebenarnya. Ada beberapa tujuan belajar dengan menggunakan model, yaitu:[14]
1)      Mengatasi kesulitan yang muncul ketika mempelajari obyek yang terlalu besar.
2)      Untuk mempelajari obyek yang telah menjadi sejarah di masa lampau.
3)      Untuk mempelajari obyek yang mudah dijangkau tetapi tidak memberikan keterangan yang memadai (misalnya mata manusia, telinga manusia).
4)      Untuk mempelajari konstruksi-kontruksi yang abstrak.
5)      Untuk memperlihatkan proses dari obyek yang luas (misalnya proses peredaran planet-planet).
Keuntungan-keuntungan menggunakan model adalah:[15]
1)      Belajar dapat difokuskan pada bagian yang penting-penting saja.
2)      Dapat mempertunjukkan struktur dalam suatu obyek.
3)      Siswa memperoleh pengalaman yang konkret.
Model-model dapat merupakan tiruan dari benda yang sebenarnya seperti model mobil, kereta api, rumah, binatang, dan lain-lain.[16] Benda yang termasuk model tiga dimensi:
1.      Peta timbul
Peta timbul yang secara fisik termasuk model lapangan adalah peta yang dapat menunjukkan tinggi rendahnya permukaan bumi.[17] Peta timbul memiliki ukuran panjang, lebar dan dalam.Dengan melihat peta timbul, siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang perbedaan letak, tepi pantai, dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, gunung berapi, lembah, danau dan sungai.Peta timbul dapat dibuat oleh guru bersama siswa sehingga dapat memupuk daya kreasi, daya imajinasi, dan memupuk rasa tanggung jawab bersama terhadap hasil karya bersama.Bahan yang dapat dipakai membuat peta timbul adalah semen, tanah liat, serbuk gergaji, bubur kertas karton.
2.      Boneka
Boneka yang merupakan salah satu model perbandingan adalah benda tiruan dari bentuk manusia atau binatang.Sebagai media pendidikan, dalam penggunaannya boneka dimainkan dalam bentuk sandiwara boneka. Penggunaan boneka dalam pendidikan telah popular sejak tahun 1940-an di Amerika. Di Indonesia, penggunaan boneka sudah lumrah, misalnya wayang golek ( di Jawa Barat) digunakan untuk memainkan Mahabarata dan Ramayana. Macam-macam boneka dibedakan atas: boneka jari (dimainkan dengan jari tangan), boneka tangan (satu tangan memainkan satu boneka), boneka tongkat (seperti wayang-wayangan), boneka tali sering disebut marionet (cara menggerakkan melalui tali yang menghubungkan kepala, tangan, dan kaki), boneka bayang-bayang (shadow puppet dimainkan dengan cara mempertontonkan gerak bayang-bayangnya. Keuntungan menggunakan boneka adalah:[18]
1)      Merumuskan tujuan pengajaran secara jelas
2)      Didahului dengan pembuatan naskahnya
3)      Lebih banyak mementingkan gerak ketimbang verbal
4)      Dimainkan sekitar 10-15 menit
5)      Diselingi dengan nyanyian
6)      Ceritera disesuaikan dengan umur anak
7)      Diikuti dengan Tanya jawab
8)      Siswa diberi peluang memainkannya
3.      GLOBE
Globe (model perbandingan), adalah benda tiruan dari bentuk bumi yang diperkecil.Globe dapat memberikan keterangan tentang permukaan bumi pada umumnya dan khususnya tentang lingkungan bumi, aliran sungai, dan langit.Ukuran globe yang paling umum adalah 8, 12,16,20,24 inci.         
Tujuan penggunaan globe adalah: [19]
1)      Menunjukkan bentuk bumi yang sebenarnya dalam skala kecil.
2)      Menunjukkan jarak pada suatu titik tertentu.
3)      Menunjukkan skala-skala tentang jarak pada lingkungan yang luas.
Kelebihan globe dipakai sebagai media dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:[20]
1)      Memungkinkan siswa mengerti posisi dari kesatuan politik, daerah kepulauan dan lain-lain.
2)      Merangsang minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh-pengaruh geografis
3)      Memungkinkan siswa memperoleh gambaran tentang imigrasi dan distribusi penduduk, tumbuh-tumbuhan dan kehidupan hewan, serta bentuk bumi yang sebenarnya.
Model dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori:[21]
1)      Model Padat (solid model)
Suatu model padat biasanya memperlihatkan bagian permukaan luar daripada obyek dan biasanya membuang bagian-bagian yang membingungkan gagasan-gagasan utamanya dari bentuk warna dan susunannya. Contohnya: senapan, meriam, kapak, batu, lembing, tombak dan pedang.
2)      Model Penampang
Model penampang memperlihatkan bagaimana sebuah obyek itu tampak, apabila bagian permukaannya diangkat untuk mengetahui susunan bagian dalam. Kadang-kadang model ini dinamakan model x-rayatau model crossectio. contohnya: gigi, mata, kepala, bagian ginjal, dll.
3)      Model Susun ( build-up model)
Model susun terdiri dari beberapa bagian obyek yang lengkap, atau sedikitnya suatu bagian penting dari obyek itu.Model ini dapat dilepas dan dipasang lagi. Contohnya: anatomi manusia dan binatang, seperti jantung, tengkorak, otak, dll.
4)      Model Kerja (working model)
Model kerja adalah tiruan dari suatu obyek yang memperlihatkan bagian luar dari obyek asli dan mempunyai bagian dari benda yang sesungguhnya. Contoh: peralatan musik, seperti: biola, terompet, seruling, piano, dll.
Selain model-model diatas, juga ada macam-macam model lain yang juga banyak digunakan, antara lain:[22]
1)      Model irisan, misalnya: irisan bagia dalam bumi lapisan tanah, lapisan kayu/ pohon, dan sebagainya.
2)      Model memperkecil atau memperbesar, misalnya: miniatur candi, model atom, molekul, sel, dan sebagainya.
3)      Model perbandingan, misalnya digunakan dalam pembuatan relief, peta.
4)      Model utuh, misalnya: model berbagai buah-buahan yang ukurannya kurang lebih sama dengan aslinya.
5)      Model susunan, misalnya: susunan tubuh manusia yang dapat dipasang, dan dilepas.
6)      Model kerja, misalnya: model suatu mesin yang dapat diperagakan gerakan-gerakan bagiannya saja.
7)      Model lapangan atau market, yaitu model menggambarkan situasi lingkungan.
Selain model-model seperti diatas, dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, juga ada model yang bisa ditiru. model juga bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melakukan headstand atau handstand. Pengajar memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu pengajar memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam pendekatan kontekstual, pengajar bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa yang sudah menguasai keterampilan dengan baik bisa ditunjuk untuk memberi contoh kepada temannya mengenai cara melakukan handstand.[23]Model juga dapat didatangkan dari luar, seperti misalnya mendatangkan atlit senam.
            Menggunakan model dalam kelas hendaknya disesuaikan dengan program mengajar.Pada umumnya saran-saran dibawah ini dapat menjadikan pengajaran menjadi lebih efektif.[24]
1)      Bentuk dan besarnya model perlu diperhatikan agar bisa dilihat oleh kelas. Model yang lebih besar dapat dilihat oleh anak secara jelas.
2)      Jangan terlalu banyak memberikan penjelasan, sebab biasanya para siswa mengkonsentrasikan perhatiannya kepada model dan bukan kepada penjelasan.
3)      Gunakan model unyuk maksud tertentu dalam pengajaran, bukan bertujuan untuk mengisi waktu guru dan mengurangi peranan guru dalam kelas.
4)      Usahakan agar para siswa sebanyak mungkin belajar dari model dengan mendorong mereka bertanya, berdiskusi, atau memberikan kritik.
5)      Pada waktu-waktu tertentu gunakan sejumlah model saja. Dengan demikian kelas dapat membandingkan satu sama lain.
6)      Model hendaknya diintegrasikan dengan alat-alat lainnya supaya pengajaran lebih berhasil.
7)      Di dalam suatu pelajaran gunakanlah model-model yang terpilih saja. Jangan menggunakan bermacam-macam model karena bisa menyebabkan kebingungan pada anak.
8)      Kalau menggunakan beberapa model hendaknya model itu satu sama lain berhubungan dan menghubungkan pelajaran satu dengan pelajaran lainnya.
9)      Baik juga digunakan model dari skala yang berbeda tapi menunjukkan benda yang sama. Anak akan lebih menyadari kenyataannya.

C.    Benda Tiruan Sederhana (Mock-Up)

Alat tiruan sederhana (mock-up) adalah tiruan dari benda sebenarnya dimana sengaja dipilih bagian-bagian yang penting yang diperlukan saja dan dibuat sesederhana mungkin supaya mudah mempelajarinya.Umumnya bagian-bagian pada mock-up dapat digerakkan.Gerakan itu selain menjelaskan, sangat efektif untuk belajar, sebab mengikat perhatian.Oleh karena itu dapat menjurus kepada pengertian yang lebih baik. Contoh dari mock-up adalah jam dari karton tebal yang jarum-jarumnya dapat digerakkan untuk mengajar anak-anak membaca waktu.
Mock-Up adalah benda asli versi yang disederhanakan, yang dibuat hanya bagian penting yang dibutuhkan (tidak seutuhnya).Mock-Ups adalah benda asli versi yang disederhanakan, yang dibuat hanya bagian penting yang dibutuhkan (tidak seutuhnya).[25]Mock-Ups sangat efektif untuk belajar, karena disamping dapat mengkonkretkan yang abstrak juga dapat menarik perhatian.Sifatnya yang mendekati kepada realitas memberikan pengertian yang lebih baik.Contoh Mock-Ups yaitu benda tiruan bola langit, tata surya dan planetarium.
Pengalaman tiruan adalah pengalaman yang diperoleh melalui benda atau kejadian yang dimanipulasi agar mendekati keadaan yang sebenarnya.Pengalaman tiruan sudah bukan pengalaman langsung lagi sebab objek yang dipelajari bukan yang asli atau yang sesungguhnya melainkan benda tiruan yang menyerupai benda aslinya.Mempelajari objek tiruan sangat besar manfaatnya terutama untuk menghindari verbalisme.[26]Misalkan siswa akanmempelajari kanguru. Oleh karena binatang tersebut sulit diperoleh apalagi dibawa kedalam kelas, maka untuk mempelajarinya dapat menggunakan model binatang dengan wujud yang sama namun terbuat dari plastic.

D.    Barang Contoh (Specimen)

Sebagai ganti benda sebenarnya, selain model dapat pula digunakan barang contoh. Yang dimaksud barang contoh adalah sebagian dari jenis atau sebagian dari sekelompok benda yang sama untuk dijadikan contoh.[27]Misalnya guru membawa setangkai daun teh atau biji kopi yang merupakan salah satu hasil perkebunan, specimen yang harus ada sangkut pautnya dengan materi yang dipelajari.benda sebenarnya digolongkan atas dua, yaitu obyek dan benda contoh (specimen).Obyek adalah semua benda yang masih dalam keadaan asli dan alami.Sedangkan specimen adalah benda-benda asli atau sebagian benda asli yang digunakan sebagai contoh.[28]Namun ada juga benda asli tidak alami atau benda asli buatan, yaitu jenis benda asli yang telah dimodifikasi bentuknya oleh manusia.Contoh-contoh specimen benda yang tak hidup adalah: berbagai benda yang berasal dari mineral dan batuan. Sekarang belajar melalui benda sebenarnya jarang dilakukan. Ada beberapa alasan orang tidak mempelajari benda sebenarnya, yaitu:[29]
a)      Bendanya sudah tidak ada lagi, kalaupun ada sulit dijangkau, terlalu besar atau kecil.
b)      Sangat berbahaya untuk dipelajari langsung.
c)      Tidak boleh dilihat.
d)     Terlalu cepat atau terlalu lambat gerakannya.
Sebuah specimens kadang-kadang tidak dimodifikasi, biasanya bagian dari lingkungan.Seringkali diartikan sebagai sampel dari suatu benda dalam grup atau kategori yang sama, Specimen yang digunakan dalam pengajaran biasanya dalam kemasan botol, box, dll. Specimen meliputi: makhluk hidup dan benda tak hidup. Makhluk hidup yang ditampilkan adalah yang masih hidup atau yang mati.[30]Adapun specimen makhluk hidup yang masih hidup, berupa:
a)      Akuarium dengan ikan dan tumbuh-tumbuhan.
b)      Terratium dengan hewan daratdan tumbuh-tumbuhan.
c)      Kebun binatang dengan segala binatang yang ada.
d)     Kebun percobaan dengan berbagai tumbuh-tumbuhan.
e)      Insektarium berupa kotak kaca yang berisi serangga.
Specimen makhluk yang sudah mati antara lain berupa:[31]
a)      Taksidemi: kulit hewan yang dibentuk kembali sesuai dengan aslinya setelah kulit dikeringkandan isinya (yang dimaksud adalah tubuhnya) diganti dengan benda lain.
b)      Awetan hewan dalam botol.
c)      Awetan dalam cairan plastik, maksudnya makhluk yang sudah mati disimpan dalam cairan plastik yang semula cair lalu membeku.
Untuk memaksimalkan dalam pemanfaatan benda asli tersebut diatas dalam proses pembelajaran hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut:
1.      Alat peraga harus dapat dilihat oleh semua siswa yang belajar.
2.      Beri kesempatan pada mereka untuk meneliti alat peraganya.
3.      Gunakan alat peraga tambahannya.
4.      Di dalam kelas, perlihatkan alat peraga itu waktu diperlukan saja.
Disamping dapat digunakan untuk menyampaikan atau menjelaskan suatu materi ajar, benda asli tersebut, dapat digunakan pula dalam kegiatan evaluasi. Mintalah siswa untuk mengidentifikasi nama benda tersebut, menggambarkan tujuannya, kegunaan atau bahan-bahan pembuatannya, atau membandingkan nilai hubungan sosialnya.
Banyak pengertian, kemampuan, dan apresiasi yang dapat diteskan dengan sangat efektif melalui penggunaan dari berbagai macam benda tersebut.Macam-macam metode dan evaluasi dapat dipilih. Contohnya, gunakan table untuk menyusun dan menempatkan benda-benda yang berbeda, dengan jumlah identifikasi yang banyak.
Masukkan pertanyaan test yang hanya dapat dijawab jika mempelajari item-item yang diperlihatkan. Item-item ini dapat berupa benda asli, model, reproduction, art print, cutaway, atau specimen. Factor yang utama adalah siswa harus mengamati, bereaksi, dan membuat keputusan tentang sesuatu yang nyata daripada hanya merespon secara verbal description (penjelasan secara verbal) yang mungkin kurang jelas.[32] Ketika benda asli digunakan dalam presentasi, hasilnya dapat menjadi dua kali lipat yaitu:
(1)    minat siswa dapat dirangsang.
(2)    Ide dan konsep dapat dihadirkan dengan jelas.

E.     Diorama

Diorama merupakan alat peraga yang sangat menarik, Diorama adalah sebuah pemandangan tiga dimensi untuk memperagakan suatu keadaan dalam ukuran kecil.[33]
Benda-benda kecil itu berupa orang-orangan, pohon-pohonan, rumah-rumahan, dan sebagainya.Sehingga tampaknya seperti mini.Yang bisa dibuat diorama misalnya kampung nelayan, lingkungan sekolah, dll.Diorama adalah pemandangan (scene) tiga dimensi dalam ukuran kecil untuk memperagakan atau menjelaskan suatu keadaan atau fenomena yang menunjukkan aktifitas.[34]
Dalam diorama terdapat benda-benda tiga dimensi dalam ukuran kecil pula.Benda-benda kecil itu berupa orang-orangan, pohon-pohonan, rumah-rumahan dan lain-lain, sehingga tampak seperti dunia sebenarnya dalam ukuran mini.Diorama dapat dibuat oleh para siswa dibawah bimbingan para guru.Setelah selesai dibuat, diorama dapat dipakai sebagai alat peraga.Agar diorama tidak cepat berdebu dan kotor, sebaiknya diberi penutup kaca. Bila selesai digunakan di dalam kelas, diorama dapat disimpan dalam lemari display agar para siswa pada saat jam istirahat dapat melihatnya kembali. Di Monumen Nasional Jakarta terdapat diorama-diorama yang sangat menarik untuk memvisualisasikan sejarah bangsa Indonesia dengan tujuan agar sejarah bangsa Indonesia tidak mudah dilupakan.Contoh lainnya adalah diorama perang salib yang menggambarkan peperangan antara pasukan Islam dengan Kristen dalam Perang Salib.
Syarat keefektivitasan Media Visual Tiga Dimensi adalah sebagai berikut:
1.      Media visual tiga dimensi harus bisa dilihat oleh semua yang sedang belajar secara bersama-sama. Idealnya media visual tiga dimensi itu cukup besar untuk dapat dilihat secara bersama-sama secara jelas. Jika tidak mungkin sekurang-kurangnya bagian-bagian yang penting dapat dilihat dengan jelas oleh semuanya untuk kemudian seluruh benda dipelajari bergantian secara kelompok atau perorangan.
2.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memeriksa media tiga dimensi yang digunakan. Oleh karena benda asli, model atau specimen memiliki ukurantiga dimensi, hal itu merangsang siswa untuk lebih banyak mengetahui seluk-beluknya. Karena bila dilihat dari sudut yang berlainan, maka rupanya pun berbeda. Hal inilah yang mengundang siswa untuk memeriksa dan merabanya. Untuk itu hendaknya guru member kesempatan siswa untuk memeriksanya. Dengan demikian pengalaman itu menjadi lebih nyata sehingga lebih diingat oleh siswa.
3.      Menggunakan alat peraga tambahan. Untuk mendapat faedah semaksimal mungkin, penggunaan benda asli, model maupun specimen hendaknya diintegrasikan dengan media lain.
4.      Memperlihatkan media tiga dimensi waktu diperlukan saja. Hendaknya media visual tiga dimensi tersebut disimpan dulu jika belum waktunya untuk memperlihatkan. Karena bila media tiga dimensi tersebut dipajang terus menerus maka akan mengurangi keterkaitan siswa terhadap media ketika waktunya diperlukan
Kelebihan media visual tiga dimensi adalah sebagai berikut:
1)      Siswa seakan-akan melihat benda yang nyata dengan media tiga dimensi.
2)      Menimbulkan ketertarikan siswa untuk berpikir dan menyelidikinya.
3)      Pembelajaran akan berjalan dengan lebih sempurna karena siswa dapat belajar langsung dengan menggunakan bahan-bahan replika atau mirip dengan aslinya.
4)      Siswa dapat memahami tentang sifat bentuk serta pergerakan suatu pergerakan suatu benda itu dengan baik.
5)      Memberi pengalaman tentang keadaan sebenarnya sesuai benda atau bahan itu.
6)      Memberi lebih banyak peluang kepada murid berinteraksi diantara satu sama lain.
Sedangkan kekurangan media visual tiga dimensi adalah sebagai berikut:
1)      Biaya pembuatannya mahal dan membutuhkan banyak waktu.
2)      Membutuhkan ketrampilan dalam pembuatannya.
3)      Siswa tidak akan memahami jika bentuk 3D tidak sama dengan nyatanya.
4)      Terbentur alat untuk membuatnya.
Sedangkan Menurut Moedjiono Dalam buku Daryantomengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:[37]
1)      Memberikan pengalaman secara langsung.
2)      Penyajian secara konkret dan menghindari verbalisme.
3)      Dapat menunjukkan obyek secara utuh baik kontruksi maupun cara kerjanya.
4)      Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas.
5)      Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas.
Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah sebagai berikut:
1)      Tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar.
2)      Penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit.





BAB III

PENUTUP

·         KESIMPULAN

Media visual Tiga Dimensi adalah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional.                                                               
Benda asli adalah benda dalam keadaan sebenarnya dan seutuhnya.Contohnya: tumbuhan, binatang, dan lain-lain.
Model dapat diartikan sebagai sesuatu yang dibuat dengan ukuran tiga dimensi, sehingga menyerupai benda aslinya untuk menjelaskan hal-hal yang tak mungkin dapat diperoleh dari benda sebenarnya. Contohnya: Boneka, Peta timbul, Globe, dan lain-lain.
Benda tiruan sederhana (mock-up) adalah tiruan dari benda sebenarnya dimana sengaja dipilih bagian-bagian yang penting yang diperlukan saja dan dibuat sesederhana mungkin supaya mudah mempelajarinya. Contohnya: jam dari karton tebal yang jarum-jarumnya dapat digerakkan untuk mengajar anak-anak membaca waktu.
Barang contoh adalah sebagian dari jenis atau sebagian dari sekelompok benda yang sama untuk dijadikan contoh.Contoh-contoh specimen benda yang masih hidup adalah: akuarium, kebun binatang, kebun percobaan, dan insektarium. Sedangkan contoh-contoh specimen benda yang sudah mati adalah: awetan dalam botol, awetan cairan dalam plastic. Contoh-contoh specimen benda yang tak hidup adalah: berbagai benda yang berasal dari mineral dan batuan.
Diorama adalah sebuah pemandangan tiga dimensi untuk memperagakan suatu keadaan dalam ukuran kecil. contohnya: Diorama kampung nelayan, Diorama Perang Salib yang menggambarkan peperangan antara pasukan Islam dengan Kristen dalam Perang Salib, dan lain-lain.


DAFTAR RUJUKAN

Arsyad,Azhar.2013.Media Pembelajaran.,Jakarta.Rajawali Pers.
Zaini, Muhammad. 2009.Pengembangan Kurikulum.Yogyakarta.Teras.
Daryanto.2010.Media Pembelajaran.Yogyakarta.Gava Media.
Oemar, Hamalik. 1989.Media Pendidikan. Bandung.Citra Aditya Bakti.
Munadi, Yudhi. 2013.Media Pembelajaran.,Jakarta Selatan.Referensi.
Sanjaya,Wina. 2008.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.Jakarta.PT Fajar Interpratama.
Nasution. 2011.Tekhnologi Pendidikan.Jakarta.PT Bumi Aksara.
Suwarna.  2005.Pengajaran Mikro.Yogyakarta.Tiara Wacana.
Harjanto. 2006.Perencanaan Pengajaran.Jakarta.PT RINEKA CIPTA.
Sanaky, Hujair AH. 2011.Media Pembelajaran.Yogyakarta. Kaukabu.
Rahardjo, dkk. 2009.Media Pendidikan. Jakarta.  Rajawali Pers.                             
Aqib, Zainal. Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. 2013. Bandung. Yrama Media.                                                                     
Rohani, Ahmad.Media Intruksional Edukatif. 1997. Jakarta. Rineka Cipta.
Multazam.2013.http://blogspot.com/2013/Kelebihan dan Kekurangan Media Pembelajaran/ diakses tgl 2 Mei 2014 jam 12.00.













[1] Azhar  Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal.2
[2] Muhammad  Zaini, Pengembangan Kurikulum (Yogyakarta:Teras ,2009), hal.94-95
[3] Daryanto, Media Pembelajaran (Yogyakarta: Gava Media, 2010), hal.29
[4]Hamalik  Oemar, Media Pendidikan (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989), hal. 36
[5]  Zaini, Pengembangan Kurikulum, hal.95
[6] Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (Jakarta Selatan: Referensi, 2013), hal.108
[7] Harjanto, Perencanaan Pengajaran ( Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2006), hal. 276
[8]Ibid., hal. 109
[9] Munadi, Media Pembelajaran, hal. 112
[10] Daryanto, Media Pembelajaran, hal.29
[11]Ibid., hal. 30
[12]Ibid.,
[13] Zaini, Pengembangan Kurikulum, hal. 96
[14]Ibid., hal. 96
[15]Daryanto, Media Pembelajaran, hal. 31
[16] Nasution, Tekhnologi Pendidikan (Jakarta:  PT Bumi Aksara, 2011), hal. 102
[17]Daryanto, Media Pembelajaran, hal. 31
[18]Ibid.,hal. 33
[19]Ibid., hal. 31
[20]Rahardjo, dkk., Media Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 48
[21]Zaini, Pengembangan kurikulum, hal. 96
[22] Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 20
[23]Suwarna, Pengajaran Mikro (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), hal.125
[24] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, hal.272-273
[25] Ibid.,hal.108
[26] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: PT Fajar Interpratama, 2008), hal.201
[27]Ibid., hal. 98
[28]Daryanto, Media Pembelajaran, hal. 30
[29]Ibid., hal. 30
[30]Hujair AH Sanaky, Media Pembelajaran (Yogyakarta: Kaukabu,2011), hal.18
[31]Rohani, Media Intruksional Edukatif, hal.18
[32]Munadi, Media pembelajaran, hal. 111
[33] Ibid., hal.98
[34]Ibid.,  hal. 109
[35] Ibid., hal.98-99
[37]Ibid., hal. 29